Ini Tentang Nostalgia Bersama Teman SMA


Selamat weekend guys, udah tujuh hari terakhir gue posting, ada apa selama tujuh hari? Banyak. Tapi gue gak akan ceritakan semuanya kepada kalian, karena butuh ratusan jam dan puluhan cangkir kopi buat menyelesaikannya.

#now playing Raisa-Terjebak Nostalgia

Dua tahun yang lalu, dibulan yang berbeda, dan di moment yang sama, bulan puasa. Gue masih sempat ngabuburit bersama, buka puasa bersama dan sahur bersama dengan suara yang ada disebrang telfon. Ternyata tahun ini udah gak ada lagi suara itu, entah gue harus sedih atau bahagia. Tapi gue harus bahagia, karena masih dapat menikmati bulan puasa, sendiri.

Sekarang udah banyak yang berbeda, semua teman-teman gue udah berubah, bukan berubah jadi power rangers tapi berubah dari yang jelek menjadi agak sedikit ganteng, dari yang kurang ganteng, berubah menjadi ganteng, sedangkan gue, gue masih sama, sama-sama belum punya calon gebetan. Sehingga kalau ada suatu acara yang mengharuskan membawa pasangan, gue langsung stress dan gue galau, sempat waktu galau gue hampir terjun bebas dari gedung mall metropolitan, tapi setelah gue membuka mata, ternyata gue hanya mimpi.

Entah kenapa ketika kita menjalin satu hubungan dengan seseorang dan kemudian kandas, maka cepat atau lambat kita akan saling tak mengenal dan tak ingin tahu lagi, tapi banyak juga yang masih mengharapkan. Dulu mantan gue sama hal-nya, kita saling suka, lalu kandas dan kemudian gak saling mengenal lagi, mungkin setelah putus akan ada amnesia ringan di kepalanya, sehingga membuat dia lupa siapa gue?

Padahal yang dianjurkan oleh agama adalah dengan menjalin silahturami yang kuat, tapi beberapa dari orang yang pernah kenal sama gue, entah kenapa seakan gak ingin mengenal lagi, mungkin karena sesuatu hal yang lalu. Seseorang yang dengan sengaja mengajak atau menghambat tali silahturami dengan seseorang lain niscaya ia adalah orang-orang yang dekat dengan pintu neraka.

Itu kutipan yang pernah gue baca dari buku islami dan di internet pun banyak yang membahasnya, lalu gue sadar dengan kalimat itu. Jika seburuk-buruknya seseorang jangan pernah memutuskan tali silahturami yang sudah terikat, karena kita semua ini adalah manusia yang saling membutuhkan dan karena lagi, kita tidak ada yang sempurna, boom.

Ini kenapa gue jadi mistis gini.
Lanjut.

Ada hal lain lagi yang pengin gue bahas, sebagian besar teman-teman sekolah dulu sudah bekerja, adapula dari mereka yang masih sering bermasalah dengan jalinan asmara. Seperti Jamhari, entah kenapa ketika empat tahun yang lalu gue kenal dia, gue ngerasa ada yang salah ketika menanyakan waktu.

“Jam, sekarang jam berapa jam?”

Lalu dengan tampang begonya, dia menjawab dengan nada dimiut-imutin, “jam Sembilan mas bro!”

Gue gak enak aja kalau sering bertanya waktu sama dia, mungkin dia tersinggung dengan pertanyaan gue, pertanyaan yang seakan dirinya mirip jam dinding yang telah lama usang.

Dan sekarang gue gak takut buat bertanya waktu ke dia lagi, “Jam, ngapain pake jam?

“Biar kayak orang aja sih.” jawabnya dengan cool.

“Oh iya, gue lupa kalau lu masih seperti reinkarnasi jomblo taman lawang ya.”

Kemudian hening.

Lalu temen gue yang lain menyinggung tentang asmaranya, “Udah, kalau mau move-on itu ya tuntas, jangan separoh-separoh.” jelas Ardi nyontek dari tweet yang pernah gue tulis.

“Iya, mantan itu cuma kotak yang belum rapih, gak usah balik lagi buat ngerapihin, cari aja yang lebih..” belum kelar gue ngomong, teman lain memotongnya.

“Lebih gede!” ujarnya.

“Maksudnya lebih gede peluang ngedapetinnya dia, bro!” jelas gue.

“ANJAS!” bales Jamhari

“Itu apaan sih maksudnya, Anjas?”

“BADAI, CETAR MEMBAHANA, ANGIN PUTING BELIUNG, ANGIN MUSON.”

“Apaan sih, gak jelas, makannya move-on, biar gak galau dan gila terus.” kata gue.

Ternyata patah hati dapat mengubah seseorang menjadi gila dan terus berharap lebih padahal patah hati telah menghancurkan hatinya.

Saat gue berkumpul dengan teman-teman yang umurnya lebih muda dari gue, gue ngerasa seperti dicuci otak, yang tadinya gue gak suka mikir yang jorok-jorok, sekarang kalau sama mereka jadi sering berpikiran yang kurang bersih, seperti otak kami telah di sharing, jadi saat salah satu teman membicarakan hal yang kurang bersih maka secara tidak langsung otak kami saling merespon dan tahu apa yang sedang dibicarakan.

Teman gue yang lainnya gak kalah random, sebut saja Ardi. Anak ini yang ngebuat gue selalu gigit permen, tadinya mau bilang gigit kayu, tapi kayu gak enak, keras makanya gue ganti dengan gigit permen yang ketahuan manis, ini penting loh.

Ardi atau biasa gue panggil mblo, meskipun dia udah punya pacar.

“Mblo, pacar yang mana lagi itu?” tanya gue saat dia parkir di depan rumah.

“Yang kemaren, mblo.” jawabnya singkat.

Gue heran dengan dia, setiap beberapa dekade, dia pacaran dengan beberapa cewe labil, padahal dia sama gue itu sama, sama-sama sekolah di sekolah yang sama, sama-sama sering kumpul bareng tapi jodoh kita tidak sama, dia punya pacar sedangkan gue jomblo. PUAS!

Sekarang gue tahu apa yang ada dipikiran lo, “Ah, Erwin jomblo akut, pantas pacarannya sama laptop dan sering nulis-nulis tulisan cengeng terus.”

Tapi gue tidak jomblo, gue hanya sendiri, hanya orang-orang yang iri dengan kesendirian gue, maka mereka menyebut gue dengan jomblo. Buat gue, sendiri itu lebih baik meskipun lebih banyak gak baiknya sih.

Lalu setelah melihat beberapa dari teman yang gue kenal sudah memiliki pasangannya, gue jadi berpikir, sebentar lagi umur gue akan bertambah, dan sebentar lagi gue akan menikah, lalu punya anak dan gue punya rumah tangga. Tapi gue percaya, jika semesta udah ngatur jalannya, cuma gue yang masih belum sampai pada jalan yang ditentukan, gue masih separuh jalan untuk mencapai garis finish.

Dan terakhir, thanks banget buat seseorang yang sempat gue titipkan hati, walaupun sekarang kita udah gak bareng-bareng lagi, gue berterimakasih banget karena gue bisa nyelesain dua draft novel, mungkin kalau kita gak udahan waktu itu, gue gak banyak waktu untuk nulis.

Lalu buat teman-teman gue, kalian memang orang-orang keren, orang-orang yang membawa sejuta absurd, mesikpun gue sering dibully, buat gue itu gak apa-apa, nanti kalau gue udah punya “pacar” gue akan membawanya dengan merangkul pundak dan berkata dengan dagu dinaikin, “Kenalin, calon masa depan gue.” Kemudian kalian semua diem dan merontak-ronta sambil ngeluarin busa dari mulut.


Posting Komentar

0 Komentar