Undangan Pernikahan Itu Yang Membuat Gue Kuat


Ada yang bilang kalo cinta itu indah, ada juga yang bilang kalo cinta itu jahat, ada orang lain lagi yang bilang cinta itu buta, sebenarnya semua yang orang bilang tentang cinta memang benar, semuanya benar dengan apa yang mereka rasakan. Cinta itu indah diawal, dan jahat pada akhirnya, lalu mata kita di butakan dengan cinta semu yang gak kunjung menentu.

Banyak alasan dari mereka yang ingin merasakan cinta, meskipun sudah tahu rasanya masih tentang kepedihan, jatuh cinta memang punya resiko dalam mengambil resiko yang jatuh cinta lakukan cukup nyata, seperti patah hati, harapan palsu sampai cinta semu.

Tapi gue gak mau ngomongin tentang patah hati kali ini, gue cuma nge-flash back sedikit tentang hubungan kandas yang mungkin kalian pernah rasakan, memang rasanya itu seperti minum teh hangat tapi tanpa gula, pahit.

Lanjut.

Dua minggu yang lalu di sela-sela kesibukan gue menyusuri jalanan Jakarta dan menyusuri kepingan hati yang udah gak keurus, gue di SMS-in seorang teman, isi SMS itu cukup mengejutkan dengan keadaan gue yang seperti sekarang ini, sedikit ganteng dan masih belum punya pacar, gak apa-apa itu semua hanya butuh waktu saja kawan. Alasan!!

Isi SMS yang masuk di ponsel gue adalah, gue disuruh ngumpul di salah satu rumah teman, katanya mau ngomongin tentang satu hal yang penting terhadap kelangsungan hidup kami, dan ini seperti panggilan jiwa yang cukup serius untuk gue, bergegaslah gue menuju TKP.

Entah kenapa saat gue masuk di ruang tamu, disana udah banyak teman yang ngebuat lingkaran sakral, lalu gue menghela napas sebentar, benar saja di tengah-tengah lingkaran yang mereka buat ada beberapa bungkusan kertas berwarna ungu yang dibungkus rapih, dan di sisi lain ada kota kecil yang di dalemnya bertuliskan nama-nama temen.

Lalu gue mengenali bungkusan itu sebagai undangan.

Spesifik : Undangan.

Lebih Spesifik : Undangan Nikah

Lebih Spesifik lagi : Undangan Nikah KAMPRET! UDAH PUAS.



Entah bagaimana perasaan gue saat tahu kalo itu adalah undangan nikah seorang teman, seseorang yang yang dulu pas masih di bangku sekolah sering gue contekin Pe-er-nya, sering gue jahilin pas lagi jam kosong dan sering gue bego-in kalo lagi praktek komputer, tapi sekarang dia nikah duluan. Entah gue mesti sedih atau bahagia.

Tapi gue bahagia, gue bahagia jika dia bisa bersanding duluan di pelaminan.

“Diana nikah, nih undangannya.” kata teman yang sudah duluan datang.

“Beneran ini, ah palingan cuma editan.” Balas gue cengengesan.

“Jomblo suka sirik, emang gitu.” kata teman lain nyamber.

Gue cuma bisa menghela napas dan diam tak berkutat, kenapa sih mesti nyebutin (maaf) status, kenapa?! KENAPA?! Oke Abaikan.

Abis dapat undangan itu, gue stress, gue ragu dan gue bimbang, gue galau, semua hal itu gue rasain benar waktu baca buku tabungan, gue gak pernah segalau ini kalo lagi baca buku, tapi buku tabungan punya cara tersendiri bikin gue galau. Karena gue bingung akan isi apa amplopnya itu.

Beberapa hari sebelum acara nikahan Diana berlangsung, gue sempat ngetweet.

“Di bekasi, ada jasa sewa couple buat diajak ke kondangan gak, tweeps? #ask”

Lalu follower-follower gue yang gak punya rasa iba terhadap gue, memberikan banyak sekali masukan.

“Ada kak, ciye jomblo, ciye jomblo.”

“Emang kalo jomblo itu, sampe sebegininya ya? :D”

“Aku mau, yuuk!” (Pass gue zoom ternyata cowo -_____-)

Dan mereka semua adalah follower-follower yang sangat melanggar hak asasi kejombloan, lalu gue sadar harus datang ke acara itu bareng teman-teman lain yang maaf (jomblo), karena gue percaya jika pada suatu kumpulan geng maaf (jomblo) tak akan terlihat jika diri kita seperti maaf (jomblo).

Hari H itu pun datang, hari dimana semua jiwa jomblo disakiti, dicabik-cabik dan dinodai dengan sebuah ucapan ijab qablu, tapi gak sampe segitunya kok, gue aja yang agak dramatisirin tulisannya, nanti kalo ada jomblo yang baca malah bunuh diri lagi.

Lalu di satu meja bundar, kita semua makan hidangan bareng, di sela-sela makan dengan ayam goreng dan kentang goreng dan beberapa gelas aqua kita berbincangm ringan.

“Lo pada sadar gak sih, padahal baru kemaren lho kita ngumpul kayak gini tapi mau cabut dari bimbel, cuma gara-gara mau ke kotwis aja, inget gak?” kata gue.

“Iya, kita nungguin temen lain yang lagi bimbel, padahalkan sekelas.” balas salah satu teman.

“Nah iya, akhirnya gue, dan beberapa teman lain dihukum, kayak gitu siapa sih yang bego?” timpa teman lainnya.

“Iya, sih, iya, nungguin teman yang lagi bimbel, kenapa kita gak bimbel dulu aja.” balas gue, lanjut gue berkata, “cepet ya hal itu berlalu, ngeliat teman kita udah ada di atas pelaminan bareng pasangannya, kayak gitu.” sedari nunjuk kearah penganten.

Lalu mereka semua terenyak sejenak, entah mungkin memikirkan sesuatu hal yang penting, seperti kapan kita bisa kayak anak kecil lagi, gak pernah mikirin hal-hal serius tentang orang dewasa, minta duit gak perlu mikir buat apa dan gak mikirin siapa pendamping masa depan, tapi gue sadar jika mereka bukan memikirkan itu, tapi mungkin juga dugaan gue bisa salah.

Dan sebuah jatuh cinta harusnya seperti ini, seperti dua pasang kekasih yang mengikat satu hubungan untuk masa depan, bukan berakhir pahit tapi berakhir dengan manis, semanis teh hangat yang sedang gue seduh, tentunya dengan secukup gula sebagai pemanisnya, sama hal nya mereka, mereka seperti racikan teh dan mempelai wanita adalah gula, sebagai pemanis, lalu masa depan adalah cangkir mereka. Sesederhana itu aja bukan, sebuah cinta yang indah.

Lalu dari semua ini gue belajar, gue belajar jika cinta itu gak selamanya pahit, meskipun kita sering dikasih harapan palsu, diacuhkan dan sering dibully oleh orang-orang yang sudah memiliki pasangan, kelak cinta itu akan menjadi indah, gimana kita yang ngebuat hal itu menjadi indah, dan gue belajar jika berharap itu memang penting, tapi gue gak pernah berharap untuk memulai kembali sebuah hubungan yang sudah rusak, gue selalu berharap jika disana, diluar sana ada seseorang yang bersedia untuk gue titipkan hati (lagi).

Dan tentunya kita akan berakhir dengan bahagia.

Now playing : Ten2Five – love Is You