Kepada Kamu Yang Terus Membungkam

Disudut ruang hampa bernama harapan, aku meletakan sesuatu penting tentangmu, aku menuliskan tentang dirimu yang kamu anggap biasa. Tapi kau selalu diam tak acuh tentang hal dariku, kepadamu yang terus membungkamkan harapan, aku mencoba terus berharap hingga terluka olehmu.

Disudut resto, kita pernah saling membicarakan satu hal tentang hobi, fhotography adalah bagian dari seni potret yang kamu sukai, warna jingga yang mewarnai senja sebelum petang selalu kau abadikan, seolah tak ingin sedikitpun melewati. Kau selalu mengatakannya kepadaku.

"Senja itu indah ya?" katamu lirih.
"Indah, cantik, dan nyaman ketika bisa menikmatinya bersama orang yang spesial."
"Nasi goreng spesial." balasmu

Aku hanya tersenyum kecil kepadamu yang masih memfokuskan angle senja.

Beberapa kegiatan lain yang melibatkan kebersamaan sering kita lakukan, tapi kau selalu menggangapnya hanya bagian kecil dari hidupmu, tentang cara kita berbicara, cara kita tertawa dan cara kita melakukan kegiataan itu.

Kepada kamu yang terus membungkam, aku hanya sebutir harapan yang tersangkut pada ranting luka, yang sebentar lagi akan terhempas oleh kenyataan pahit tentang kamu, semua tentang kamu yang sangat penting sekarang mulai meredup tertutup rasa hambar.

Posting Komentar

0 Komentar