Banjir, Banjir Dan Banjir

Udah dua hari ini gue berangkat kantor dengan menggunakan sandal dulu dari rumah, bukan karena gue nggak punya sepatu. Gue menggunakan sandal dulu dari rumah karena menghindari banjir  dibeberapa titik menuju kantor. Beberapa titik itu pula sangat bervariasi ketinggiannya, rata-rata 50-70cm. Banyak orang yang bilang kalau banjir ini adalah kiriman dari bogor, kiriman dari Jakarta, kiriman dari mantan. Entah kiriman dari siapa lagi banjir ini. 

Ada lagi orang yang meyalahkan pemerintahannya yang tidak bisa mengatasi banjir ini dengan baik. Alasan-alasan itu klise semua, standart dan tidak berbobot. Logika aja sih, air akan mencari celah sekecil apapun untuk dapat mengalir dan ketika celah itu udah ketutup dengan sesuatu hal maka cepat atau lambat akan menggenang semakin banyak.

Sesuatu yang menyumbat bervariasi, ada sampah, ada irigasi yang jarang dibersihin/dikeruk lagi ketika udah dangkal, ada pula yang sengaja mematenkan irigasi yang seharusnya adalah jalur air agar nggak menyebabkan banjir. Semua hal diatas kalau benar-benar dipraktekan dengan baik pasti nggak akan jadi kayak foto-foto dibawah ini.





Keadaan diatas terjadi dikarena dari diri kita masing-masing, tidak tertib, buang sampah sembarangan, jarang kerja bakti membersihkan perkarangan rumah dan menyakiti alam sekitar.


Seharusnya yang mesti dicontoh seperti gambar dibawah ini, buang sampah pada tempatnya, karena keindahaan akan tercipta setelahnya.




Semua hal itu kembali pada diri masing-masing, jangan menyalahkan benda, keadaan, orang lain dan alam sekalipun. Semua yang udah terjadi pasti akan ada hikmah. Ada pepatah lain yang mengatakan; setelah mendung pasti ada pelangi. Percaya sama hukum alam, saat kita menyakiti alam sekitar, maka petaka pun akan datang.

FYI: Kebersihan itu adalah sebagian dari iman. Kayaknya udah dulu deh, soalnya sandal gue hanyut-mau telfon tim sar dulu.


Posting Komentar

0 Komentar