Jika Cangkir Itu



Sudah lebih dari sewindu waktu yang telah berlalu, kau masih menatap harapan kosong disana, kau masih meluangkan waktu untuk memikirkannya, kau masih setia berteman kepada sepi. Seseorang itu tak lagi ada, mungkin sudah mati, atau sudah pergi atau sudah tak terlihat lagi. Ya, kamu sudah hilang dalam sebuah riuh dalam kehidupanku. Aku masih ingat saat kita berbincang dengan ditemani beberapa cangkir coklat panas, kita berbincang sesekali kau tersenyum tipis karena topik yang kita pilih. Dua cangkir yang tak lagi ada setelah kita berpisah, perpisahan adalah kehidupan lain setelah ada kebersamaan.




Dua cangkir coklat panas, setidaknya pernah menjadi arti, arti pada sebuah kisah kita, yang pada akhirnya bukan menjadi kita lagi. Kau hanya sebuah mimpi pada malam hari, kau hanya ilusi yang menemani pagi, dan kau adalah alasan kisah ini sudah lama terhenti, tapi aku masih tetap menanti. Hari yang indah, tapi aku tak bisa melihatnya bersamamu lagi.




Jika cangkir itu sudah terisi, aku bisa apa? Aku nggak bisa apa-apa lagi setelah itu. Aku tak lagi berharap setelah ini, jika cangkir itu sudah terisi, aku tak lagi ada dibalik jeruji penanti.


Posting Komentar

0 Komentar