Mungkin Pahit, Coba Lihat Sisi Positifnya

Postingan gue kali ini terinspirasi dari blognya matthiday yang http://www.matthiday.com/2014/02/mantan-terindah.html. Entah kenapa gue pengin ngeblog lagi setelah sekian lama amnesia ringan akibat kebentur pintu angkot karena rebutan kursi depan sama anak TK.

Samar-samar dari kejauhan mengalun lagu Kerispatih yang Cinta Putih ft Marshall Saat Kau Bersama Dia.

foto nyunyu

"Selamet ya baru putus aja udah dapet yang baru..,"
"Oh itu pacar lo, bagus, dapet nemu dimana?"
"Makasih ya, mungkin dia yang terbaik buat lo..,"

Dan masih banyak lagi kalimat-kalimat freak pasca putus lainnya. Abis putus-pura-pura nggak kenal-disapa duluan dikirannya minta balikan-nggak disapa duluan dikiranya sombong-serba salah.

Sengaja gue setel lagu itu biar kesannya keren aja gitu, beneran biar keren aja, nggak ada maksud apa-apa, seriusan gue. Beberapa hari kemarin pas lagi main-main ke blognya matthiday gue baca post dia yang tentang Mantan gitu, tapi sebenernya gue nggak bermaksud menulis luka lama gitu, enggak kok, seriusan deh. Kata matthiday kalau mantan itu bukan kayak sampah atau hal buruk yang harus dijauhi karena bisa nyebarin virus galausinisme fanatika-itu bahasa gue.

Emang klise sih, dimana ada satu fase yang mengingatkan kita untuk kembali lagi pada fase terkejam masa itu (Masa Lalu), seolah kekejaman hitler nggak ada apa-apanya lagi. Tapi cepat atau lambat kita mulai menyadari hal itu lagi untuk tidak membayangi, mencoba menepisnya dengan segala cara. Ada yang pindah, mulai dari pindah kota, pindah kegiatan, pindah hobi sampai nyoba pindah hati. Tapi pindah aja nggak cukup bagi penderita galausinisme fanatika-yang dia butuhin cuma satu, bisa bertahan walau kadang terlalu nyata rasa pedihnya.

Gue setuju dengan pendapat matthiday di postnya itu, seharusnya kita mulai menyadari satu hal bernama “ada”-orang yang pernah ada sekalipun-kalau pada akhirnya nanti nggak ada, yaudah. Mungkin orang itu bisa lebih baik lagi sama orang lain yang lebih baik, atau bisa lebih berwarna dengan dunia baru disana. Intinya pacaran kan bisa menjadi nyaman, kalau kata “nyaman” udah nggak ada-untuk apa lagi dipertahankan.

Tapi kadang ketika kita mencoba memperbaiki tentang hubungan yang bukan lagi pacaran selalu diidentikan dengan “pengin balikan” padahal kan enggak, tapi kalau ada kesempatan juga nggak apa-apa sih, eh tapi beneran enggak kok, enggak-seriusan deh. Ada lagi yang langsung ngasih title “nggak bisa move on” apa sih? Orang nggak bisa move on itu nggak ada, yang ada orang yang nggak mau bangkit lagi dari masa kelam. Catet!

***

Kadang gue ngerasa lucu pas lagi diem terus tiba-tiba ngeliat ada cowok sama cewek lagi pacaran, antara mikir sama kisah gue yang lalu atau nimpuk mereka pake sandal sebelum lewat jauh. Tapi gue nggak sampai nimpuk sandal, cuma jorokin mereka aja sih dari belakang. Kampret sekali lewat didepan gue sambil melet-melet gitu.

Dimana orang yang pernah “ada” sekarang udah “nggak ada” lagi, dimana orang yang katanya “ada” selalu janji akan selalu “ada” tapi “ada” aja itu nggak cukup kalau pada akhirnya salah-satu dari kita ngerasa udah “nggak ada”-Mungkin kalau gue nggak pernah punya kenangan pahit dan manis disana dengan orang yang pernah nganggap gue “ada”-gue nggak akan suka sama dunia sastra. Dan mungkin gue nggak akan tahu detail cinta itu apa-apa aja.

Semoga kalian yang baca posting ini sadar satu hal, mungkin pahit-tapi coba lihat sisi positifnya deh.

Udah dulu ya, mau nerusin apa yang mesti diterusin.


Salam, Erwin Harlino


Posting Komentar

7 Komentar

  1. jeles ngeliat orang pacaran bro? cari dong...

    BalasHapus
  2. pada akhirnya, yang lalu tak pernah kembali..

    BalasHapus
  3. Kayaknya nyindir diri sendiri :3

    BalasHapus
  4. Wih, penjabaran lo tentang kisah yang gue maksud lebih keren ternyata.
    Dan memang yang gue maksud adalah kita harus ngambil sisi positifnya juga. Jangan cuma sisi negatifnya aja karena udah tinggal pergi sama mantan. Karena apabila kita melihat ke belakang lagi, mantan pernah itu pasti pernah menjadi orang yang spesial dalam kehidupan kita, kan? Dan setelah putus, kenapa harus jadi musuh. Menurut gue, itu contoh manusia yang kurang bersyukur. Hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya gitu, dibaik-baikin kalau masih sama-sama, giliaran udah nggak sama-sama dijelek-jelekin. uh

      Hapus