Ada Sesak Di Setiap Cinta

foto by animated

Mentari pagi masih bersinar terang, udara pagi masih menghembus menerjang daun-daun kuning yang hendak melepaskan diri dari rantingnya. Pukul delapan pagi Adit masih berkutat dengan komputer lipatnya mengerjakan project untuk klient minggu depan. Adit mendapatkan banyak project bulan ini-sekaligus banyak deadline membuat dirinya tak bisa sanatai-santai dalam menyelesaikan tugas itu. Akhir-akhir ini Adit tampak lesu dan penuh dengan kesedihan terlihat dari pancaran wajahnya, selalu gelisah ketika malam minggu menjelang. Laki-laki itu banyak cerita tentang perihal kekasih hatinya, jika wanita yang sekarang menjadi kekasihnya selalu tidak peka dengan sesuatu hal, selalu memikirkan dirinya sendiri tanpa mengerti keadaan Adit.

“Jadi gimana sama yang sekarang?” tanya seorang teman disela-sela jam kantor.

“Baik..,” balas Adit singkat.

“Baik? Yakin?”

Adit menghentikan tarian jemarinya diatas papan keyboard, lalu menyenderkan tubuhnya seperti sedang melepas semua beban yang teramat berat. Lai-laki itu menghela napas panjang seraya melihat ponsel dengan layar yang lebih lebar dari ponsel teman disebelahnya.

“Sekarang udah jarang makan siang lagi?” ujar Damar sambil mengecek situs jual beli online. “Kalau udah nggak nyaman kenapa harus dipertahanin.”

“Ada masanya dia ngerti dan ada masanya pula dia nggak peka.” Jelas Adit.

“Banyakan mana?”

“Nggak pekanya.”

“Terus?” Damar menaikan sebelah alisnya.

Adit hanya diam tak membalas apa-apa, mungkin laki-laki itu masih memikirkan bagaimana caranya untuk tetap kelihatan membutuhkan walau dirinya hanya dibutuhkan pada kondisi-kondisi tertentu. Seperti sedang berada di satu ruangan tapi salah-satunya ingin keluar.

“Yee malah bengong. Konsep cinta itu saling membutuhkan dan dibutuhkan, bukan cuma satu hati yang membutuhkan tapi nggak dibalas dengan hal yang sama.” Jelas Damar menganalogikan cinta.

“Sok-sokan ngajarin cinta, lo aja jomblo.” Timpa Adit.

“Kampret!”

Adit tertawa terbahak-bahak mengejek Damar, ada pepatah lain yang mengatakan jika seni kehidupan itu adalah ketika kita tersandung oleh luka namun setiap harinya masih dapat tertawa. Meskipun terkadang ada tawa palsu. Mungkin adit bukan salah satu atau bahkan salah dua dari milyaran orang yang ada dimuka bumi ini yang masih mencoba bertahan dalam zona yang tidak nyaman. Yang kita butuhkan dari wanita adalah rasa nyaman, karena kelak ketika kita sudah sama-sama semakin renta dan tak bisa berbuat apa-apa, hanya komunikasi ternyaman yang kita butuhkan.

***

Pukul delapan malam Adit melakukan panggilan telfon kepada kekasihnya, karena biasanya mereka pergi menikmati malam minggu selalu jam tujuh. Tapi karena ada sesuatu hal penting Adit hanya bisa datang pada pukul delapan malam.

“Sebentar lagi aku sampai rumah kamu.” Kata Adit melalui panggilan telfon.

“Mau ngapain jam delapan ke rumah, kemaleman.” Balas seseorang wanita dengan nada ketus.

“Aku beli makanan, kita ngobrol-ngobrol aja di teras rumah.”

“Bosen, udah minggu depan aja kita jalannya.”

Klik wanita itu memutuskan sambungan telfon. Adit pernah bercerita jika dirinya selalu berpergian keluar rumah untuk menikmati kebersamaan dengan kekasihnya itu padahal lebih seru berbincang di teras rumah sambil menikmati beberapa cangkir teh hangat daripada harus pergi ke tempat-tempat yang klise. Adit pernah bilang juga jika dirinya hanya ingin kekasihnya itu jika keluar dengan dirinya cukup mengenakan pakaian yang casual dan simple. Damar pernah menyuruh Adit untuk jujur bilang yang sebenarnya kepada kekasihnya, namun Adit selalu menepisnya dengan berbagai macam alasan.

Padahal rumah adalah tempat untuk berteduh dan kembali, di rumah semua bisa dilakukan tanpa harus ada rasa canggung, tempat ternyaman adalah rumah. Mungkin emang klise jika berpacaran hanya di rumah saja, tapi ada hal yang dapat membuat kegiatan itu tidak klise. Membangun koneksi ternyaman dalam bincang itu. Yang kita butuhkan untuk saling mengenal bukan seberapa banyak tempat yang pernah kita kunjungi bersama, tapi seberapa banyak bincang yang pernah ada.

Lalu Adit hanya termenung di bawah sinar lampu kota yang kian meredup tertutup kabut malam. Sepoi angin mulai menusuk dari segala arah menyusup masuk ke dalam jaket berwarna merahnya. Dan malam itu Adit memutuskan untuk tidak terlalu berharap kepada kekasihnya, mencoba melihat apa reaksi setelah ini.

Mungkin ada benarnya jika sesak selalu ada disetiap cinta.


Posting Komentar

3 Komentar

  1. kunjungan pagi hari, silahkan berkunjung kembali,ada video clip terbaru dr saya,semoga berkenan melihat,trm ksh

    BalasHapus
  2. kunjungan senin pagi yang sejuk, salam perkenalan gan

    BalasHapus
  3. hahaha cinta cinta dan cinta,,, bikin pusing kepala,,

    BalasHapus