Kita Dan Semesta


Tadi dijalan nggak sengaja gue ngelihat beberapa pasang orang, ya. Mereka laki-laki dan perempuan, yang gue tahu kalau dua manusia yang berbeda jenis gender ketika saling berpelukan dengan mesra adalah, kalau nggak pacaran ya pasti udah nikah.



Terus apa hubungannya sama gue?

Baiklah, gue nulis ini sela-sela makan siang selepas menemui klient, selain merapihkan desain-desain untuk project terbaru, gue sempatkan juga menulis postingan ini. Kali ini kopi yang gue nikmati diseduh oleh pramusaji kafe. Tapi ketika gue menyeruput dengan pelan karena panas, sehingga meinggalkan noda di beberapa sudut bibir gue, masih sama seperti sebelumnya, gue harus membersihkan noda itu sendiri.

Gue pernah melihat adegan dimana seorang cewe membersihkan noda bekas makan atau minum dengan sehelai tissue, memang sederhana tapi ketika kita ada diposisi itu akan merasakan hal yang luar biasa, gue pernah merasakan hal itu, tapi (dulu), sebelum rasa kopi hitam menjadi pahit. Dari rasa pahit yang gue rasakan, setelah itu gue pernah mencoba mencari, mencari hati yang menanti, tapi diperjalanan selalu berakhir dengan luka.

“Kita nggak akan pernah tahu seberapa mampu dalam melakukan hal, jika tidak dilakukan.”

Gue pernah mengejar dia, kita berteman lewat media messenger, berawal dari seorang teman yang mengenalkan, karena kita sama-sama suka nulis dan membaca. Sampai pada waktu yang berjalan, kita sama-sama tak saling menyapa, kita pernah membuat janji untuk bertemu, tapi waktu dan keadaan yang tak selalu memihak. Buat gue itu nggak apa-apa, berarti artinya gue harus melepas, bukan terus mengejar.

Beberapa orang jika diposisikan pada keadaan seperti itu, maka mereka akan terus mengejar, padahal jika mengejar sesuatu yang terus berlari tak akan bertemu.

Keadaan lain yang sejenis, gue pernah berkenalan dengan seseorang, sebut saja dia. Dia adalah seseorang yang gue kenal dari seorang teman, rumah kita tidak terlalu jauh, hanya jembatan panjang yang memisahkan jarak kita, kita sama-sama suka membaca, tapi dia tidak suka menulis.

Mungkin kalau kita benar-benar jodoh, gue akan menjadikan dia sebagai pembaca dan gue penulis kenangan. Ya, semua hal itu hanya harapan yang pada akhirnya selalu diterka-terka kebenarannya.

Hal lainnya adalah, seseorang yang gue akan kejar itu sudah memiliki calon masa depan, dan hal itu semakin menambah panjang catatan pahit dalam hidup gue. Bukan hidup jika tidak ada rasa didalamnya, seperti manis, pahit dan rasa hambar, gue percaya itu.

Entah, mungkin gue tidak harus mengejar lagi, gue sudah cukup lelah, mungkin keadaan akan berubah dengan seiring berjalannya waktu. Tapi setidaknya gue tahu apa yang gue lakukan, gue tahu apa yang terbaik dari hal yang sudah gue perbuat, masalah harapan tercapai atau tidaknya itu hanya bonus. Ya, bonus.

Lalu kegiatan gue masih sama, menyeduh kopi sendiri, membersihkannya sendiri juga. Kita hanya berencana, mungkin keadaan dan semesta yang menentukan.

Posting Komentar

0 Komentar