Mengharap Lebih?



Kita sudah sama-sama mengerti, kita sudah sama-sama menjadi dewasa, kita sudah sama-sama tahu, dan kita sudah menghabiskan sisa waktu bersama, tapi hanya atas nama pertemanan, tidak lebih dan tidak melebihi hal yang sedang aku harapkan, cinta.

Kamu pernah bilang, “Untuk apa kita pacaran, kalau nanti pada akhirnya kita akan berpisah lagi.” Ya, kau mengucapkannya ketika kita sedang menikmati indahnya danau, kau berucap dengan lantang. Seolah hal yang kau sampaikan itu telah aku sepakati, bahkan kau sempat memelukku setelah mengucap itu, tapi lagi-lagi hanya sebatas pelukan tentang persahabatan saja, tak lebih.

Kamu pernah mengomentari dua angsa yang sedang bersama, kau bilang “Angsa itu serasi, aku selalu melihat mereka bersama, dan selalu, apakah kita akan bersama terus?” tanyamu padaku. Aku tak ingin menjawabnya, mungkin keadaan petang yang menutup senja akan menjawabnya. Padahal dalam hatiku berkata tidak, kita tidak mungkin bersama, jika dirimu hanya mengganggap semua hal ini atas nama pertemanan.

         “Tidak ada yang lebih baik antara dua lawan jenis manusia ketika bersama hanya mengatasnamakan sebuah pertemanan, terlebih akan ada hati yang terluka ketika jujur.”

Aku masih mendengarkan semua cerita-ceritamu, semua keluh kesahmu, semua hal yang kau sampaikan selalu aku dengar, bahkan sudah tersimpan dengan sendirinya didalam memory kenangan kita. Aku adalah pendengarmu sedangkan kau adalah penulis dalam bingkai cerita-cerita yang kau sampaikan. Mungkin dalam benakmu pernah ada rasa lebih, tapi kita sama-sama tak ingin menghancurkan pertemanan ini hanya sebuah kata “Aku sayang kamu!” melainkan “Apa kita akan seperti ini terus?”

Kau mengajarkanku tentang rasa merelakan, melepas hal yang berharga untuk seseorang lain miliki, hubungan pertemanan ini lebih berarti dari hal apapun, termasuk kau yang memilih dia. Sadar atau tidak jika kau sudah tak ada lagi disini, ditempat kita bersama, sebuah danau kecil yang setiap senja selalu menemani keluh kesah diantara kita, sudah tidak ada lagi.

Aku bisa apa?
Aku tidak bisa apa-apa.

Memilih bukan seperti meminta, akhirnya kau tahu apa yang harus kau lakukan, sekarang pertemanan ini sudah tak lagi ada, hingga aku merubah hubungan kita menjadi jatuh cinta diam-diam. Segala hal yang membuat aku terluka adalah resiko. Kau benar, “Kita tidak bisa seperti ini terus?”

Sekarang aku masih dapat melihat hal yang sama pada dirimu.
Kembang merekah senyummu masih sama, tapi sudah bukan kearahku lagi.

Setelah senja ini tenggelam, aku mulai tahu apa yang harus aku lakukan, untuk sebuah jatuh cinta diatas nama pertemanan ini. Ya, aku harus pergi, sebelum semakin ada hati yang terluka. 

Posting Komentar

0 Komentar